Isnin, 12 Mei 2008

Puisi - SEJAMBAK APOLOGI DAN DOA PUTIH BUAT ABAH

Saat menatap duka yang menghimpun di raut wajah abah, ada sesal yang merimbun di laman insaf : aku bukan seniman terbaik merawat audien yang lara - tidak seperti di zaman kanak, abah mereda tangisanku dengan kasih yang jela.

Saat meratap luka yang menimbun di tubuh hayat abah, ada sebak yang mengombak di kalbu pilu : aku bukan doktor terbaik mengubat patien yang parah - tidak seperti di zaman kanak, abah mengurus diriku dengan amanah yang tulus dan lurus.

Sememang kudrat abah yang diperah, alirnya menitis memanjangkan kenangan takjub.
Sememang keringat abah yang tercurah, basahnya mengalir ke kolam ingat mendalamkan hormat. Semestinya munajat abah yang diukir, membekasi pedoman sepanjang hayat.

(Maafkan anakmu, abah. Setelah usiamu meniti hari-hari senja, baru kukenali dan kukesani segala kerana anakmu juga telah bergelar abah!)

Sekalung doa putih kurangkaikan atas nirmala niatmu yang bersih mekar dan jernih segar ;
Semoga Allah menyembuh segala penyakitmu dengan makbul doa.
Semoga Allah merahmati kesihatanmu dengan berkat doa.
Semoga Allah memberkahi hayatmu dengan mardhatillah!

- Berita Minggu , 2 Januari 2000

[ Mengenang arwah abah yang menyahut seruan Ilahi tanggal 11 Julai 2006 ]

Tiada ulasan: